Meriahkan Festa Della Musica, KBRI Roma Gelar Acara Ngabuburit

By Admin

nusakini.com--Tanggal 21 Juni 2017 diperingati di Eropa dan khususnya di Italia sebagai hari musik, yang disebut dengan Festa della Musica. KBRI Roma ikut berpartisipasi memeriahkan perayaan ini dengan menggelar serangkaian pertunjukan musik dan tarian tradisional Indonesia, seperti angklung, gamelan, dan tampilan ragam lagu nusantara. 

Hari tersebut adalah hari terpanjang di musim panas tahun ini, yang bertepatan dengan masa bulan suci ramadhan bagi umat Islam. Momentum ini dimanfaatkan oleh KBRI Roma untuk menggelar acara musikal dengan tema 'Ngabuburit' untuk menghadirkan nuansa menjelang berbuka puasa bersama. 

Wakil Duta Besar RI, Des Alwi, mewakili Duta Besar Esti Andayani menyatakan bahwa acara ini diselenggarakan untuk mempromosikan budaya musikal Indonesia yang sangat kaya, sekaligus memperkenalkan nilai-nilai spiritual, kebersamaan dan toleransi yang menjadi ciri khas bangsa Indonesia dimana pun mereka berada kepada masyarakat Italia. 

Acara ini dihadiri oleh para tamu yang datang dari berbagai penjuru kota Roma, ada sekitar 300 pengunjung baik orang tua, pelajar hingga anak-anak hingga korps diplomatik. Banyak di antara mereka yang baru pertama kali mengikuti acara pertunjukan budaya Indonesia. Selain itu, tentunya WNI dan diaspora Indonesia tak ketinggalan ikut serta memeriahkan acara ini. 

Grup Angklung 'La Campania' yang terdiri dari para Ibu dari Dharma Wanita Persatuan (DWP) KBRI Roma dan WNI lainnya sukses memainkan beberapa lagu tradisional dan mengajak para tamu untuk ikut serta bermain angklung dalam lagu tradisional Italia, 'O Sole Mio'. Para pengunjung pun takjub menikmati kebersamaan mereka ketika berhasil memainkan lagu ini bersama-sama dengan instrumen angklung, kendati mereka baru pertama kali mengenal instrumen ini. 

Sementara itu, grup gamelan binaan KBRI Vatikan, 'Gong Wisnu Wara' memukau pengunjung dengan lantunan lagu-lagu tradisional. Grup musik ini terdiri dari sebelas musisi dari Italia dan Indonesia, pimpinan Profesor Giovani Giuriatti, seorang ahli Etnomusikologi dari Universitas La Sapienza, Roma. Giuriatti bertutur kepada pengunjung bahwa gamelan merupakan media yang baik untuk berinteraksi sosial karena harus dimainkan bersama-sama dan sangat mudah untuk dipelajari. 

Ada pula penampilan dari Emmy Trenggono, seorang penyanyi seriosa, diaspora Indonesia yang telah 50 tahun tinggal di Italia. Dahulu, Emmy adalah penyanyi istana negara di Jakarta, dan dikirim belajar menyanyi ke Italia oleh Presiden Soekarno. Emmy menyanyikan lagu 'Tanah Airku' dan 'Rayuan Pulau Kelapa' dengan begitu mempesona dan sepenuh hati. Lengkingan suaranya merefleksikan kerinduan dan kenangan indah akan tanah airnya. Ia pun berduet manis dengan seorang remaja Indonesia, Tiara Gratia, dengan iringan gitar dari remaja Indonesia lainnya, Chalief dan Tito. 

Tak ketinggalan anak-anak Indonesia berusia 7-12 tahun ikut tampil memukau para pengunjung dengan melantunkan 'shalawat badar'. Sebagian dari mereka lahir di Italia, yang tidak pernah merasakan suasana ramadhan di Indonesia. 

Grup musik Dwiloka dari KBRI Roma menampilkan perpaduan instrumen tradisional dan modern untuk memainkan lagu tradisional, yang menggambarkan sebuah proses dialogis antar-budaya dari dua dunia (dwiloka). Petikan gitar Asep Anjar menggantikan bunyi dawai kecapi, berpadu dengan tiupan soprano saxophone dari Charles Hutapea yang menirukan cengkok nada pentatonik dari suling bambu dan permainan gamelan saron oleh Lona Hutapea. Mereka mengiringi Tika dan Eli dalam lagu Janger dan Es Lilin. 

Sementara itu, Kolonel Laut Bambang Dharmawan, Atase Pertahanan KBRI Roma malam itu menjadi seorang gitaris klasik, yang tampil menawan bersama keluarganya menyanyikan lagu-lagu Indonesia dan daerah. 

Untuk menghadirkan suasana ngabuburit, ada pula pojok 'Taman Bacaan' dan permainan congklak yang dipimpin oleh para mahasiswa Indonesia yang tergabung dalam Persatuan Pelajar Indonesia (PPI). Di pojok ini, ada sejumlah buku bacaan anak berbahasa Indonesia dan Inggris yang menemani anak-anak Indonesia maupun pengunjung menunggu waktu berbuka puasa. Banyak anak-anak ikut serta menikmati permainan congklak yang mengasyikkan. PPI Roma juga menampilkan anggotanya menari Bali dan Betawi yang membuat suasana malam itu semakin hangat. 

Saat menjelang berbuka puasa, para pengunjung yang kebanyakan warga Italia dan warga asing lainnya juga tertib mengantri sajian takjil es teler dan nasi goreng kampung. Sementara mini bazaar ragam penganan Indonesia buatan masyarakat setempat telah habis diborong pengunjung sejak awal acara. 

Waktu berbuka puasa pada pk. 20.49 (setelah berpuasa lebih dari 18 jam) terasa spesial, karena ditandai dengan tabuhan beduk dan lantunan adzan yang menyejukkan dari Ustad Khumaini Rosadi yang datang dari Indonesia. Sungguh suasana Indonesia hadir dengan nyata di malam itu. 

Acara ini mendapatkan sambutan meriah dari para pengunjung yang nyaris tak beranjak selama kurang lebih empat jam. Dari sekian banyak acara perayaan Festa della Musica di Roma dan Italia, mereka memilih menikmati suasana Indonesia malam itu. Banyak yang mengagumi instrumen dan tarian tradisional Indonesia karena unik dan menarik. Selain itu, para pengunjung juga dapat merasakan suasana berbuka puasa bersama di tengah masih teriknya matahari di sore hari di Roma. 

Festa della Musica mulanya dirayakan di Perancis sejak tahun 1983 yang kemudian diikuti oleh negara-negara Eropa lainnya, termasuk Italia. Pada momentum ini, semua musisi baik profesional maupun amatir diberi kesempatan untuk berekspresi di ruang publik. 

Upaya promosi seni budaya dan kuliner Indonesia di Italia gencar dilaksanakan KBRI Roma melalui berbagai kegiatan guna menjaring lebih banyaknya wisatawan asing yang berkunjung ke Indonesia. Saat ini, jumlah turis Italia menunjukkan peningkatan setiap tahunnya, namun masih banyak ruang yang dapat dimanfaatkan guna menjadikannya pasar utama wisatawan mancanegara ke Indonesia.(p/ab)